A.
Kegiatan
Takhrij
Sebagai bahan awal, hadis yang akan
akan dibahas penuliis masalah hadis:
قَالَ ذَاكَ نَهْرٌ أَعْطَانِيهِ اللَّهُ يَعْنِي فِي الْجَنَّةِ أَشَدُّ
بَيَاضًا مِنْ اللَّبَنِ وَأَحْلَى مِنْ الْعَسَلِ فِيهَا طَيْرٌ أَعْنَاقُهَا كَأَعْنَاقِ
الْجُزُرِ[1]
Dalam melakukan kegiatan takhrij al-hadits,
penulis di samping menggunakan metode takhrij al-hadits bi lafazh
(penelusuran hadis melalui lafal), juga menggunakan metode takhrij al-hadits
bi al-maudlu’ (penelusuran hadis melalui topik masalah). Untuk kepentingan
takhrij al-hadits yang disebutkan pertama penulis merujuk kepada al-Mu’jam
al-Mufahras li Alfazh al-Hadits al-Nabawi dan untuk kepentingan takhrij
al-Hadits yang disebutkan terakhir, penulis merujuk kepada Miftah Kunuz
al-Sunnat. Kedua kitab kamus tersebut disusun oleh Dr. Arnold John Wensinck
(w. 1939) dan kawan-kawan.
Dari matan hadis yang dikutip di
atas, bila ditempuh metode Takhrij al-hadits bi al-fazh, maka penggalan lafal-lafal
(kata-kata) nya yang dapat ditelusuri adalah:
[2] ذَاكَ نَهْرٌ Adapun
data yang disajikan oleh kitab al-Mu’jam lewat penelusuran kata ذَاكَ نَهْرٌ
Adalah sebagai berikut:
ذَاكَ نَهْرٌ أَعْطَانِيهِ
اللَّهُ
:
ت طير الجنة ٬٤ ٤٧٢
Adapun usaha penulis dalam
menelusuri hadis tentang doa anak shaleh dengan menempuh metode takhrij
al-Hadits bi al-maudu’, tidak menemukan hadis diatas setelah melalui
penelusuran dari kitab Miftah Kunuz al-hadits. Dengan mencari tema dari ذَاكَ نَهْرٌ
ذَاكَ نَهْرٌ أَعْطَانِيهِ
اللَّهُ
:
ت
ك٥٤ب٧٩
Kemudian usaha penulis dalam
menelusuri hadis tentang menyambung silaturahmi dalam kitab Mausuah
al-atrof. Dengan mencari tema dari ذَاكَ نَهْرٌ adalah sebagai
berikut:
Berikut ini penulis menggunakan
riwayat-riwayat hadis tersebut dari setiap mukharrij berdasarkan naskah
aslinya.
Susunan riwayat hadis yang mukharrij-nya
at-Tirmidzi:
حَدَّثَنَا أَبُو
كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ بُكَيْرٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَقَ عَنْ يَحْيَى
بْنِ عَبَّادِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ
أَبِي بَكْرٍ قَالَتْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ وَذُكِرَ لَهُ سِدْرَةُ الْمُنْتَهَى قَالَ يَسِيرُ الرَّاكِبُ فِي ظِلِّ الْفَنَنِ
مِنْهَا مِائَةَ سَنَةٍ أَوْ يَسْتَظِلُّ بِظِلِّهَا مِائَةُ رَاكِبٍ شَكَّ يَحْيَى
فِيهَا فِرَاشُ الذَّهَبِ كَأَنَّ ثَمَرَهَا الْقِلَالُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ
حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ[3]
[1]
Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurat al-Tirmidzi (at-Tirmuzi), Sunan
al-Tirmuzi wa huwa al-Jami’ al-Shahih. Dar al-Fikr, Bairut, 1400 H=1980 M,
Juz V, h. 14.
[2]
A.J Wensinck, Tarjamah oleh Muhammad Fu’ad Abd al-Baqi, al-Mu’jam
al-Mufahras, Juz VII, h. 314
[3]
Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurat al-Tirmidzi (at-Tirmuzi), Sunan
al-Tirmuzi wa huwa al-Jami’ al-Shahih. Dar al-Fikr, Bairut, 1400 H=1980 M,
Juz V, h. 14.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar